Mengenang Alex Komang


Dunia hiburan tanah air kembali berduka atas kepergian salah satu seniman terbaiknya.Jumat 13 februari 2015 lalu berpulang salah satu aktor,penulis,dan pemain teater yang kiprahnya dalam dunia seni peran tidak perlu diragukan lagi.Beliau adalah Saiful Nuha atau yang lebih dikenal dengan sebutan Alex Komang.
Seniman kelahiran Jepara 53 tahun lalu ini menghembuskan nafas terakhirnya dirumah sakit Kariadi Semarang akibat penyakit kanker hati yang telah menggerogoti tubuhnya selama beberapa bulan terakhir.Meninggalkan istri,beberapa anak,kolega sesama seniman,serta karyanya yang telah mewarnai khazanah jagat hiburan Indonesia.


Dilahirkan sebagai anak seorang kiai yang dibesarkan oleh nilai agama yang ketat,Alex komang muda merajut mimpinya pada dunia yang dia cintai namun jauh berbeda dengan lingkungan dia tumbuh.Menjadi seniman.

Dengan bermodalkan tekad,totalitas,serta kecintaannya pada dunia seni membuat Alex komang berusaha mewujudkan impiannya dengan meninggalkan kampung halaman menggelandang diJakarta dan bergabung dengan sanggar Populer digelanggang olah raga Bulungan Jakarta Selatan.Disana kemudian bakatnya ditempa  sebagai cikal bakal dari perjalanan karirnya.
Awal mula perannya dimulai dari panggung teater dan merambah kedunia film layar lebar.Film doea tanda mata pada tahun 1985 adalah salah satu film yang melejitkan namanya menjadi aktor yang cukup diperhitungkan hingga menyabet gelar sebagai pemain terbaik dipiala citra 1987.

Minggu 15 Februari,dua hari setelah kepergian Alex Komang,Kompas TV menayangkan salah satu film yang dibintangi Alex komang sebagai tribute.Difilm tersebut Alex  memerankan seorang ayah yang berprofesi sebagai supir angkot dikawasan Batu,Malang dan memiliki anak lelaki semata wayang.Sebagai seorang pria yang hidup didunia keras dijalanan,sang ayah berharap supaya anak lelakinya tumbuh seperti dirinya menjadi sosok yang kuat.Mengajari anaknya sebagaimana lelaki jantan dengan mengenalkan pekerjaan pria seperti memperbaiki mesin angkot yang telah uzur.
Masalahnya sianak memiliki karakter yang jauh berbeda dengan sang ayah.Sianak lebih menyukai pelajaran Matematika dibanding berkecimpung dengan mesin mobil.Bahkan menolak bermain dengan teman sebaya sesama laki-laki dan lebih memilih bermain dengan saudari perempuannya.
Drama dimulai saat sianak beranjak dewasa dan diterima untuk melanjutkan pendidikan di ITB.Untuk kebanyakan orang tua menerima kabar anaknya diterima diuniversitas ternama adalah sebuah kebanggaan ,namun apalah artinya dimata ayah seorang supir yang berpendidikan rendah.Situasi tersebut seperti gambaran anak kecil yang memenagkan lotere.Sang ayah justru berkeras agar anak lelakinya tetap tinggal dirumah untuk menjaga keluarganya.Hanya kesabaran sang istrilah dan keteguhan anak yang akhirnya mencairkan keras hati siayah dan mengijinkan keinginan sianak.Bahkan ada adegan yang sangat mengharukan ketika siayah menjual harta satu-satunya dalam keluarga itu yaitu mobil angkot uzur yang telah bertahun-tahun  menopang hidup keluarga itu dan kemudian beralih menjadi supir truk antar kota.
Keberkahan selalu datang dengan cara lain tanpa diduga-duga.Sianak yang pada awalnya dianggap lembek dan kewanitaan oleh sang ayah akhirnya dapat menyelesaikan pendidikannya dengan baik sehingga mengantarkannya pada sebuah pekerjaan.
Karir sianakpun melesat dan menerbangkannya pergi keNew york untuk bekerja pada perusahaan asing.Pada titik ini permainan karakter film ini sangat kentara untuk ditangkap.Menceritakan perbedaan emosional ibu sebagai seorang wanita yang mudah meluapkan kegembiraannya mendengar kabar baik anaknya.Sedang disudut lain siayah tak bereaksi mendengar berita tersebut.Dingin.
salah satu adegan yang paling mengena buat saya adalah saat siayah memandangi sebuah poster kota New york ditempat penjual koran.Siayah hanya menghisap asap rokoknya dalam-dalam dan menghembuskannya lagi keudara tanpa bereaksi.Dia sadar anaknya sedang berada dikota yang megah itu dan tidak terbayangkan olehnya sebagai seorang yang menjalani seumur hidupnya diatas pengembaraan sebagai seorang supir.
Diakhir film siayah akhirnya tersenyum dan menunjukan rasa haru saat sang anak untuk pertama kali menawarkan diri  menyetir mobil untuknya dalam perjalanan kerumah setelah bertahun-tahun siayah yang menyetir untuk anaknya.
Atas kepergian Alex komang untuk selamanya,mungkin akan sulit menemukan film nasional berkelas seperti film tersebut.Ditengah degradasi kualitas perfilman nasional adalah Alex Komang sebagai wujud salah satu seniman yang peduli akan perfilman nasional dengan menelurkan film-film berbobotnya.Namun sebelum karya-karya yang lain dapat diwujudkan beliau keburu dipanggil yang Maha Kuasa.Semoga segala amal dan ibadahnya dapat diterima disisi-Nya......

Amin

0 Response to "Mengenang Alex Komang"

Posting Komentar